Perumpamaan Pembaca Al-Qur’an yang Hafidz dan yang Meneliti Makna Al-Qur’an: Terjemah Abi Jamroh Hadits 196-204 –Ngaji 26-

Ngaji Terjemah Kitab Mukhtasor Abi Jamroh

Hadits ke 196-204 

196. Peristiwa pada Perang Khandaq, Rasulullah Memberkahi Makanan yang Sedikit Sampai Tidak Habis Dimakan Seribu Orang, 197. Larangan Rasulullah Mempertukarkan Makanan dengan Makanan yang Lain dengan Harga yang Berbeda, 198. Kebolehan Menggauli Istri Setelah Tahalul Haji atau Umrah, 199. Dalil Mematuhi Pemimpin Hanya dalam Perkara yang Baik, 200. Perumpamaan Pembaca Al-Qur’an yang Hafidz dan yang Meneliti Makna Al-Qur’an, 201. Keistimewaan Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah, 202. Doa dan Perilaku yang Menjadi Kebiasaan Rasulullah Ketika akan Tidur, 203. Rasulullah Membaca Surat Al Fath Di atas Unta yang Berjalan, 204. Perintah Rasulullah untuk Membaca Al Qur’an saat Hati dalam Kondisi Lapang

 


بسم الله الرحمن الرحيم

 

196. Peristiwa pada Perang Khandaq, Rasulullah Memberkahi Makanan yang Sedikit Sampai Tidak Habis Dimakan Seribu Orang

196 – Dari Jabir bin Abdullah radliallahu ‘anhuma ia berkata, "Tatkala penggalian parit pertahanan Khandaq sedang dilaksanakan, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melipat perutnya dalam keadaan lapar. Karena itu aku kembali kepada isteriku, menanyakan kepadanya, 'Apakah engkau mempunyai makanan? Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang melipat perutnya karena lapar.'

۱۹٦ - عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمَّا حُفِرَ الْخَنْدَقُ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا: فَانْكَفَيْتُ إِلَى امْرَأَتِي فَقُلْتُ: هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ؟ فَإِنِّي رَأَيْتُ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا شَدِيدًا ،

 

Maka istriku mengeluarkan suatu karung ditunjukkan kepadaku, di dalamnya terdapat satu sha' (segantang) gandum. Di samping itu kami mempunyai seekor anak kambing. Lalu aku sembelih kambing itu, sementara isteriku membuat adonan tepung.

فَأَخْرَجَتْ إِلَيَّ جِرَابًا فِيهِ صَاعٌ مِنْ شَعِيرٍ وَلَنَا بُهَيْمَةٌ دَاجِنٌ فَذَبَحْتُهَا وَطَحَنَتْ الشَّعِيرَ

 

Ketika aku selesai mengerjakan pekerjaanku, aku lalu memotong-motong kecil daging kambing tersebut dan aku masukkan ke dalam periuk. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Isteriku berkata kepadaku, 'Janganlah kamu mempermalukanku dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau.'

فَفَرِعْتُ إِلَى عَنَاقِيْ وَقَطَّعْتُهَا فِي بُرْمَتِهَا ثُمَّ وَلَّيْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَتْ: لَا تَفْضَحْنِي بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِمَنْ مَعَهُ ،

 

Aku langusng menemui beliau seraya berbisik kepadanya, 'Wahai Rasulullah! Aku menyembelih seekor anak kambing milikku, dan isteriku telah membuat adonan segantang gandum yang kami miliki. Karena itu sudilah kiranya anda datang bersama-sama dengan beberapa orang sahabat.' Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berteriak: 'Hai para penggali Khandaq (parit)! Jabir telah membuat hidangan untuk kalian semua. Mari kita mendatanginya bersama-sama!" Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata kepada Jabir: 'Jangan kamu menurunkan periukmu dan janganlah kamu memasak adonan rotimu sebelum aku datang.' Lalu aku pulang.

فَجِئْتُهُ فَسَارَرْتُهُ ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَبَحْنَا بُهَيْمَةً لَنَا فَطَحَنَّا صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ كَانَ عِنْدَنَا فَتَعَالَ أَنْتَ وَنَفَرٌ مَعَكَ ، فَصَاحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا أَهْلَ الْخَنْدَقِ إِنَّ جَابِرًا قَدْ صَنَعَ سُورًا فَحَيَّهَلًا بِكُمْ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُنْزِلُنَّ بُرْمَتَكُمْ وَلَا تَخْبِزُنَّ عَجِينَكُمْ حَتَّى أَجِيءَ فَجِئْتُ ،

 

Tidak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para sahabat. Ketika aku temui isteriku, dia berkata, 'Bagaimana engkau ini! Bagaimana engkau ini! ' Jawabku, 'Aku telah melakukan apa yang engkau pesankan kepadaku.' Maka aku mengeluarkan adonan roti kami, kemudian nabi meludahi adonan itu dan mendoakan keberkahan. Setelah itu beliau menuju periuk (tempat memasak kambing), maka beliau meludahinya dan mendoakan keberkahan,

وَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْدُمُ النَّاسَ حَتَّى جِئْتُ امْرَأَتِي ، فَقَالَتْ: بِكَ وَبِكَ ، فَقُلْتُ: قَدْ فَعَلْتُ الَّذِي قُلْتِ ، فَأَخْرَجَتْ لَهُ عَجِينًا فَبَصَقَ فِيهِ وَبَارَكَ ثُمَّ عَمَدَ إِلَى بُرْمَتِنَا فَبَصَقَ فِيْهِ وَبَارَكَ

 

Kemudian beliau berkata kepada isteriku: 'Panggillah tukang roti untuk membantumu memasak. Nanti isikan gulai ke mangkok langsung dari kuali dan sekali-kali jangan kamu menurunkan periukmu. 'Kala itu para sahabat semuanya berjumlah seribu orang. Aku bersumpah; Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi. Tetapi periuk kami masih tetap penuh berisi seperti semula. Sedangkan adonan masih seperti semula”.

ثُمَّ قَالَ: ادْعُ خَابِزَةً فَلْتَخْبِزْهُ مَعَكِ ، وَاقْدَحِي مِنْ بُرْمَتِكُمْ ، وَلَا تُنْزِلُوهَا ، وَهُمْ أَلْفٌ ، فَأُقْسِمُ بِاللَّهِ لَأَكَلُوا حَتَّى تَرَكُوهُ وَانْحَرَفُوا ، وَإِنَّ بُرْمَتَنَا لَتَغِطُّ كَمَا هِيَ ، وَإِنَّ عَجِينَنَا لَيُخْبَزُ كَمَا هُوَ .

 

 

197. Larangan Rasulullah Mempertukarkan Makanan dengan Makanan yang Lain dengan Harga yang Berbeda

197 – Dari Abu Sa'id Al Khudriy dan Abu Hurairah radliallahu ‘anhuma; bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mempekerjakan sesorang di daerah Khaibar kemudian orang itu datang dengan membawa kurma pilihan yang terbaik, Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: "Apakah semua kurma Khaibar seperti ini?" Orang itu berkata: "Demi Allah, tidak wahai Rasulullah, sesungguhnya kami menukar (barter) satu sha' dari jenis kurma (yang baik) ini dengan dua sha' kurma lain, (dua sha') dengan tiga sha'. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kamu melakukannya, juallah semua dengan dirham kemudian beli dengan dirham pula".

۱۹٧ - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعْمَلَ رَجُلًا عَلَى خَيْبَرَ فَجَاءَهُ بِتَمْرٍ جَنِيبٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ تَمْرِ خَيْبَرَ هَكَذَا؟ قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا لَنَأْخُذُ الصَّاعَ مِنْ هَذَا بِالصَّاعَيْنِ بِالثَّلَاثَةِ فَقَالَ: لَا تَفْعَلْ ، بِعْ الْجَمْعَ بِالدَّرَاهِمِ ثُمَّ ابْتَعْ بِالدَّرَاهِمِ جَنِيبًا

 

198. Kebolehan Menggauli Istri Setelah Tahalul Haji atau Umrah

198 – Dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Maimunah ketika beliau ihram, dan beliau menggaulinya ketika beliau telah bertahallul dan Maimunah meninggal di daerah Saraf.

۱۹٨ - عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: تَزَوَّجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَيْمُونَةَ وَهُوَ مُحْرِمٌ وَبَنَى بِهَا وَهُوَ حَلَالٌ وَمَاتَتْ بِسَرَفٍ

 

199. Dalil Awal Mula Mematuhi Pemimpin Hanya dalam Perkara yang Baik

199 – Dari Ali radliallahu ‘anhu, ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suatu kali mengirim sebuah pasukan perang dan beliau mengangkat seorang laki-laki anshar untuk mengomandoi mereka sekaligus beliau perintahkan pasukan untuk menaatinya. Selanjutnya si laki-laki anshar ini emosi dan berujar; "Bukankah Nabi telah perintahkan kalian untuk menaatiku? "Ya benar " (Jawab anggotanya). Kata sang komandan; "(Kalau begitu), kumpulkanlah kayu bakar untukku." Mereka pun melaksanakannya. Ia meneruskan intruksinya; "Sekarang, nyalakanlah api!" Mereka pun menyalakan. Lalu ia berkata; "Sekarang masuklah kalian ke api itu! Dan sebagian mereka mencegah sebagian lainya seraya berkata "Awas, kita dahulu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rangka menghindari api!" Mereka tetap dalam keadaan seperti itu, hingga api padam dan emosi sang komandan mereda. Berita ini sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau bersabda: "Kalaulah mereka memasukinya, niscaya mereka tidak akan bisa keluar hingga kiamat tiba. Sesungguhnya ketaatan hanya berlaku dalam kebaikan”.

۱۹۹ - عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيَّةً وَاسْتَعْمَلَ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ وَأَمَرَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ فَغَضِبَ فَقَالَ أَلَيْسَ أَمَرَكُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُطِيعُونِي؟ قَالُوا: بَلَى ، قَالَ: فَاجْمَعُوا لِي حَطَبًا ، فَجَمَعُوا ، فَقَالَ: أَوْقِدُوا نَارًا ، فَأَوْقَدُوهَا ، فَقَالَ: ادْخُلُوهَا ، فَهَمُّوا وَجَعَلَ بَعْضُهُمْ يُمْسِكُ بَعْضًا وَيَقُولُونَ فَرَرْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ النَّارِ ، فَمَا زَالُوا حَتَّى خَمَدَتْ النَّارُ فَسَكَنَ غَضَبُهُ فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَوْ دَخَلُوهَا مَا خَرَجُوا مِنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ .

 

200. Perumpamaan Pembaca Al-Qur’an yang Hafidz dan yang Meneliti Makna Al-Qur’an

200 – Dari Aisyah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan orang membaca (Al Qur`an) sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia. Sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al Qur`an dengan menelitinya, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua pahala”.

۲۰۰ - عَنْ عَائِشَةَ رض الله عنها عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ .

 

201. Keistimewaan Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah

201 – Dari Ibnu Mas'ud radliallahu ‘anhu ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada suatu malam, niscaya kedua ayat itu akan mencukupinya."

۲۰۱ - عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

 

202. Doa dan Perilaku yang Menjadi Kebiasaan Rasulullah Ketika akan Tidur

202 – Dari Aisyah bahwa biasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila hendak beranjak ke tempat tidurnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan: "QULHUWALLAHU AHAD.." dan, "QUL `A'UUDZU BIRABBIL FALAQ..." serta, "QUL `A'UUDZU BIRABBIN NAAS.." Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan pada anggota yang dapat dijangkaunya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali.

۲۰۲ - عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

 

203. Rasulullah Membaca Surat Al Fath Di atas Unta yang Berjalan

203 – Dari ‘Abdullah bin Mughaffal ia berkata; Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat Beliau berada di atas Untanya yang berjalan, beliau sembari membaca surat Al Fath atau bagian dari surat Al Fath, yakni dengan bacaan yang pelan seraya mengulang-ngulangnya”.

۲۰۳ - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ مُغَفَّلٍ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ أَوْ جَمَلِهِ وَهِيَ تَسِيرُ بِهِ وَهُوَ يَقْرَأُ سُورَةَ الْفَتْحِ أَوْ مِنْ سُورَةِ الْفَتْحِ قِرَاءَةً لَيِّنَةً يَقْرَأُ وَهُوَ يُرَجِّعُ

 

204. Perintah Rasulullah untuk Membaca Al Qur’an saat Hati dalam Kondisi Lapang

204 – Dari Jundab bin Abdullah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: "Bacalah Al Qur`an ketika hati kalian sedang menyatu (dalam kondisi senang dan lapang), namun jika kalian berselisih, maka beranjaklah darinya”.

۲۰٤ - عَنْ جُنْدَبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رض الله عنهما قَالَ: قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ قُلُوبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُومُوا عَنْهُ

 

 

Wallahu a’lam bisshawab

Bersambung….

 

Translated By: K. Syamsul Arifin, Bengkulu

Edited By: kitabterjamahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>

 


Post a Comment for "Perumpamaan Pembaca Al-Qur’an yang Hafidz dan yang Meneliti Makna Al-Qur’an: Terjemah Abi Jamroh Hadits 196-204 –Ngaji 26-"